Malang (10/11), peringatan hari pahlawan menjadi momen untuk menyelenggaraan Tasyakuran Wisuda santri pondok pesantren Sabilurrosyad Gasek, kegiatan ini dilaksanakan di Masjid Nur Ahmad setelah sholat Isya. Tasyakuran wisuda pada priode kedua di 2020 terdapat 60 santri yang mengikuti prosesi tasyakuran. Kegiatan ini dihadiri oleh para pengasuh dan asatidz, di antaranya KH Marzuqi Mustamar, KH Ahmad Warsito, KH Muhibbin al-Hafidz, Ibu Nyai Saidah Marzuqi, Ustadz Ahmad Bisri Mustofa, Gus Faiz Kafa, dan Gus Ilmi.
Acara pertama diawali dengan pembacaan istighasah bersama seluruh santri. Setelah istighasah, acara dilanjutkan dengan sambutan dari Kang Deri Pratama selaku ketua pelaksana tasyakuran, kemudian disambung oleh Kang Mochamad Deky Arfinda sebagai Lurah pondok pesantren Sabilurrosyad, Gasek.
Prosesi wisuda dilaksanakan dengan sungkeman—setiap santri mencium tangan para pengasuh dan asatidz—secara ta’dzim. Kemudian, dilanjutkan dengan wejangan dari KH Marzuqi Mustamar tentang karakter seorang mukmin yang diajarkan Rosulullah saw.
“Orang mukmin harus mempunyai keteguhan pendirian dan tidak gampang goyah. Umat Islam yang sejati harus punya prinsip yang kuat, jati diri sebagai kaum Ahlussunah Waljamaah. Apa pun resikonya, bahkan jika hidup di lingkungan yang didominasi oleh orang di luar golongan Ahlussunah Waljamaah, harus tetap Ahlussunah Waljamaah sesuai yang diajarkan ulama NU (Nahdlatul Ulama).” Ungkap Kiai Marzuqi.
Ketua Tanfidziyah PWNU Jawa Timur ini pula menegaskan bahwa semua santri, khususnya mahasiswa yang telah lulus agar tidak mudah tertipu dari orang-orang yang mengaku ulama, apalagi hanya karena terlihat dari luarnya saja. Keyakinan terhadap ulama harus dilihat secara rinci, kealimannya, akhlaknya, rekam jejak perjuangannya, bahkan kesehariannya. Oleh karena itu, alasan kenapa harus mengikuti Nahdlatul Ulama, di antaranya
- Supaya mendapat tuntutan sesuai ajaran nabi yang murni tanpa ada yang dirubah. Sebab, sebagian golongan di luar NU telah merubah isi dari beberapa kitab hadist yang menjadi salah satu pegangan umat Islam demi suatu kepentingan.
- Stategi NU dalam mewariskan ilmu kepada generasi ke generasi melalui satu jalur langsung dari kiai kepada santri di pesantren selama bertahun-tahun. Dengan demikian, santri akan yakin kepada kiai yang mendidiknya setiap hari karena ia menyaksikan secara langsung bahwa kiainya benar-benar alim, tidak pernah maksiat, lancar membaca kitab kuning serta mampu memahami maknanya.
- Ulama NU menjaga akurasi keilmuan. Sebab, kiainya mengaji langsung kepada guru sebelumnya, gurunya mengaji langsung kepada gurunya. Misalnya, silsilah sanad keilmuan Kiai Marzuki yang mengaji kepada Kiai Masduqi, Kiai Masduqi mengaji kepada Kiai Ali Maksum Krapyak, Kiai Ali Maksum mengaji kepada Kiai Munawir Krapyak, begitu seterusnya sampai Rosulullah saw. Selain itu, Kiai Masduqi pernah mengaji kepada Kiai Mahrus Ali, Kiai Mahrus Ali mengaji kepada Mbah Karim Lirboyo, Mbah Karim mengaji kepada KH Hasyim Asary dan Syaikh Kholil Bangkalan yang pernah mengaji kepada Syekh Nawawi Banten dan Syekh Mahfudz At Turmusi, terus sampai Rosulullah saw.
Mengikuti golongan di luar NU sangat membahayakan kedaulatan negara, penampilannya mungkin tampak islami, bahkan sholat subuh dengan membaca qunut, tetapi jika anti Pancasila, anti NKRI serta berbeda haluan secara fikroh dan harokah dari prinsip NU tetap membahayakan persatuan bangsa dan agama. Oleh karena itu, semua santri harus tetap berpegang teguh pada NU yang menganut paham Ahlussunah Waljamaah secara murni tanpa dirubah-rubah.
Kegiatan ini ditutup dengan doa yang dipimpin Kiai Marzuki Mustamar dan makan bersama seluruh santri putra dan putri pondok pesantren Sabilurrosyad.
Febi Akbar Rizki
Santri Pondok Pesantren Sabilurrosyad
Siap