Santri dan Perubahan Sosial

Menguasai ilmu-ilmu agama, mempraktekkan pola dakwah ala Walisongo dan tanggap atas dinamika sosial sosial kemasyarakatan menjadi cirikhas “SANTRI”. Sebuah entitas yang tumbuh dalam khazanah Islam Dunia dalam kurun waktu 500 tahun lebih di Nusantara.

Menggunakan istilah lokal, kata “Santri” benar-benar tumbuh dari kesadaran pentingnya menjaga nilai-nilai lokal yang tidak bertentangan dengan “maqaasid al syari’ah. Secara sederhana, Kaidah menjaga nilai-nilai lama yang baik dan menyerap inovasi-inovasi baru yang lebih baik (Al muhafadzotu ala Al qadiimish shalih, wal akhdu bil jadid Al ashlah) menjadi ruh santri dalam membaca realitas.

Bacaan Lainnya

Bagi pecinta teori perubahan sosial, pola pergerakan santri dianggap lambat dalam merespon perubahan zaman, bahasa kerennya tidak revolusioner. Gaya santri yang eklektik, sering disalahfahami sebagai oportunis dan tidak konsisten. Kita ingat, bagaimana seringkali kritikan kepada Gusdur muncul dari kelompok kiri maupun kanan. Gusdur pun hanya tertawa, karena memang pola pergerakan santri tidak akan difahami oleh mereka yang hanya belajar “kitab putih” saja.

Di masa mendatang, SANTRI ditantang untuk menjawab perubahan sosial akibat perkembangan dunia digital, kerusakan alam hingga perlombaan senjata nuklir. Gap sosial makin menganga, kemiskinan dan pemiskinan global berjalan secara sistemik akibat sistem dan struktur global yang melakukan penetrasi secara tajam ke berbagai negara di penjuru bumi. Ancaman perang besar antar negara adidaya menjadi ancaman serius bagi kemanusiaan.

Krisis kemanusiaan dan kebangsaan sebagai akibat derasnya laju disrupsi sosial akan menjadi fenomena terkini hingga 50 tahun ke depan. SANTRI sebagai subkultur masyarakat harus mempersiapkan diri untuk menghadapi benturan global. Penguasaan kitab kuning saja tidak cukup, perlu inovasi keilmuan baru dan penataan organisasi berbasis SANTRI yang adaptif dan responsif terhadap perubahan sosial.

Pada Hari Santri Nasional ini, menjadi momentum untuk merefleksikan berbagai langkah strategis yang sudah dijalani. Peran menjaga Aqidah ahlus Sunnah wal jamaah, membumikan Pancasila, mengawal NKRI, melestarikan kebhinekaan dan mendorong ekonomi rakyat harus terus dipertahankan. Walaupun masih berskala lokal dan nasional, peran SANTRI patut dihargai dan dicatat dalam sejarah kebangsaan. Di Masa mendatang, peran global para SANTRI sangat ditunggu oleh dunia, khususnya kalangan dunia muslim.

Semoga saja segera lahir para Santri yang ikhlas berjuang mengikuti dawuh para Kyai Khos yang notabene menjalankan strategi dakwah Walisongo dalam mewujudkan Islam sebagai rahmatan Lil ‘Alamin. Peran aktif menjadi salah satu aktor dalam menata peradaban dunia adalah keniscayaan sejarah. Akhirnya, mari kita berdoa untuk seluruh muassis pesantren di Nusantara, walahumul Fatikhah,..Amiin.

Muhammad Fadllil Kirom

Semarang, 22 Oktober 2021

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *