Jagat media social diramaikan dengan perebutan rekomendasi Kyai Marzuki Mustamar sebagai Ketua PWNU Jawa Timur. Salah satunya pada Pilkada Kabupaten Malang 2020. Suara warga Nahdliyin selalu diperebutkan di pesta Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Sebenarnya tidak hanya warga Nahdliyin tapi, para kiai juga selalu menjadi incaran para kontestan untuk mendapatkan restu.
Hal ini menjadi ramai usai Sanusi calon nomor urut 1 bersilaturahmi meminta restu kepada Yai Marzuki. “Sebagai santri dan kader NU dalam rangka maju sebagai konstetan politik, secara etika pamit ke lembaga NU, sowan untuk minta restu. Ujar Zulham sebagai Media Center SANDI.
Silaturahim tersebut menghasilkan penadatanganan pakta integritas. Pertama, akan tetap setia kepada Ajaran Islam Ahlussunah waljamaah An Nahdliya. Kedua tetap senantiasa taat dan merujuk kepada para kyai NU dalam membuat keputusan strategis selama memerintah Kabupaten Malang dan ketiga tetap membela kepentingan ajaran NU, Dakwah NU Kesekahteraan NU dan Pendidikan NU.
“Disaksikan oleh ketua PWNU Marzuki Mustamar dan diantar oleh ketua PCNU dr. KH umar Usman dan mendatangani pakta Integritas, bahwa benar abah Sanusi ini Kader NU,” lanjut Zulham
Namun disisi lain, setelah berita itu naik, kyai nomer 1 di Jatim ini, langsung mengklarifikasi silaturahim tersebut. “Untuk Kabupaten Malang sendiri, saya pribadi, sebagai Marzuki sebagai anak NU, warga NU, Kader NU, maka kalau saya disuruh memilih dan diberi hak pilih, maka saya pastikan pilihan saya kepada Bu Nyai Lathifah,” Jelas KH Marzuki Mustamar.
Beliau beralasan Bu Nyai Lathifah asli kader NU dan diusung partainya orang NU yakni PKB. Apalagi beliau merupakan Cucu Pendiri NU Kiyai Haji Bisri Syansuri. “Ada harapan kalau saya memilih dia (Bu Nyai Lathifah), maka saya akan diridhoi dan mendapatkan keberkahan,” sambungnya.
Pada screenshot percakapan kyai Marzuki kepada salah satu tim pemenangan LADUB beliau mengungkapkan secara tegas isi silaturahim tersebut. “Posisi kulo ditamoni sekalimatpun boten wonten dukungan saking kulo. Perawis disebar kulo boten semerap.” (posisi saya menerima tamu, satu kalimat-pun tidak ada dukungan dari saya. Perkara disebar saya tidak tau) Tulis yai Marzuki dalam chat wa-nya.
Heru Pratikno, ST selaku pengamat politik NU mengungkapkan, Kiai Marzuki itu tokoh NU dan mengayomi semua, mulai kiai kampung sampe preman termasuk politisi. Siapapun politisi yang datang dengan tujuan baik pasti diterima dengan baik. Politisi yang datang dan meminta restu pasti direstui. Tapi, merestui dan mendukung itu beda.
“Dukungan Kiai Marzuki sudah clear dan terkonfirmasi melalui statmen langsung di video dan media. Bahwa beliau mendukung Bu Nyai. Dan itu terkonfirmasi juga di jamaah grassroot. Jadi media ataupun politisi mau bilang apa, mau memelintir sekuat apapun, grasaroot sudah paham, Kiai Marzuki ke mana.” Tegas Heru.
Dari perebutan rekom kursi nomer 1 di kabupaten Malang tersebut terpapmpang jelas begitu pentingnya rekom maupun dawuh kyai NU di Malang. Namun, melihat sisi Yai Marzuki sebagai tokoh NU dan sebagai ketua NU Jatim adalah dua hal yang berbeda.
Secara tegas pada wawancara awak media di Pendopo Agung Kabupaten Malang, Senin (7/9/2020). Beliau mengatakan “NU secara kelembagaan tidak boleh turut serta dalam proses politik praktis seperti Pilkada, karena sudah jelas dalam AD/ART (Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga) dari NU sendiri. “Kalau NU secara kelembagaan nggak boleh terjun ke politik praktis. Kalaupun politik kebangsaan, itu iya,”. Tegasnya
Komitmen tersebut terbukti sampai sekarang belum ada surat intruksi resmi yang keluar dari PWNU Jatim terkait dengan pilkada. Hal ini menjadi kekuatan marwah PWNU bisa komit dalam memperjuangkan Kittah NU 1926.
Pewarta: Malik