Pelajar Berliterasi: Eskalasi Kader Menuju Key Opinion Leader di Era Digital

Muhammad Ishomuddin Haidar
Muhammad Ishomuddin Haidar

Oleh: M. Ishomuddin Haidar

Aktualisasi diri ialah kebutuhan primer yang mesti dipenuhi setiap pelajar. Menuntut ilmu itu wajib, tapi jangan membatasi diri dengan hanya belajar di dalam kelas. Karena itu, pilihan untuk berproses di IPNU (Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama) adalah keputusan yang tepat. Per hari ini, digitalisasi telah menunjukkan dampak yang kuat di segala sektor, bukan hanya mengubah kondisi, melainkan juga bidang keilmuan dan keterampilan yang dibutuhkan.

Bacaan Lainnya

Salah satu dampaknya, menurut hasil riset yang aktual dan faktual telah memperkirakan bahwa jutaan peluang pekerjaan baru akan diciptakan, banyak pekerjaan terancam hilang karena digitalisasi. Sebagian besar pekerjaan baru akan muncul dengan peningkatan cukup pesat berbasis keterampilan, manajerial, dan teknis tingkat tinggi. Sementara itu, berbagai jenis pekerjaan dasar akan mengalami degradasi—penurunan—bahkan hilang karena otomatisasi.

Seiring dengan semakin terintegrasinya teknologi digital ke dalam kehidupan sehari-hari di banyak sektor, literasi digital menjadi sangat penting bagi sebagian besar pelajar. Hukum beradaptasi dengan digitalisasi bagi kader-kader IPNU seolah sunah muakkad (mendekati wajib). Sebab, selain untuk kebutuhan pribadi maupun karier masa depan mereka, kemampuan ini dibutuhkan untuk modal perjuangan di bawah bendera Ahlussunah wal Jamaah an-Nahdliyah.

Dengan perubahan teknologi digital yang konstan, literasi dan kompetensi digital harus terus dimodernisasi untuk menghindari atau meminimalkan risiko eksklusi digital. Dalam konteks ini, eksklusi digital ialah kurangnya sumber daya teknologi dan akses bagi masyarakat kurang mampu atau terpinggirkan. Ini sebagian besar terkait dengan kurangnya literasi dan kompetensi digital daripada akses ke teknologi dan layanan.

Literasi digital atau kompetensi digital ialah konsep terbaru yang menggambarkan keterampilan terkait teknologi. Meminjam istilah New Media Consortium, literasi digital itu kumpulan kemampuan dan keterampilan di mana literasi aural, visual, dan digital saling tumpang tindih. Ini termasuk kemampuan untuk memahami kekuatan gambar dan suara, untuk mengenali dan menggunakan kekuatan itu untuk memanipulasi dan mengubah media digital, mendistribusikannya secara luas, dan dengan mudah menyesuaikannya dengan bentuk-bentuk baru.

Istilah sederhananya hanya mengacu pada area terbatas teknologi digital, misalnya, untuk keterampilan internet, dan beberapa di antaranya diterapkan pada konten literasi dan media yang lebih luas.

Pelajar berliterasi artinya kemampuan kader-kader IPNU untuk melakukan tugas secara efektif dalam lingkungan digital—direpresentasikan dalam bentuk numerik, terutama digunakan oleh komputer—dan literasi mencakup kemampuan untuk membaca dan menafsirkan media, untuk mereproduksi data dan gambar melalui manipulasi digital dan untuk mengevaluasi dan menerapkan pengetahuan baru yang diperoleh dari lingkungan digital.

Bagian dari upaya eskalasi kader-kader IPNU menuju key opinion leader dengan memahami pola literasi digital yang menghadirkan sejumlah perspektif tentang bagaimana perkembangan teknologi digital mengubah konsepsi teks, penulis, pembaca dan akhirnya literasi itu sendiri. Komponen utama literasi dan kompetensi digital dalam lima bidang:

  1. Informasi dan literasi data: untuk mengartikulasikan kebutuhan informasi, untuk menemukan dan mengambil data digital, informasi dan konten.
  2. Komunikasi dan kolaborasi: untuk berinteraksi, berkomunikasi, dan berkolaborasi melalui teknologi digital dengan tetap menyadari keragaman budaya dan generasi.
  3. Pembuatan konten digital: untuk membuat dan mengedit konten digital untuk meningkatkan dan mengintegrasikan informasi dan konten dalam kumpulan pengetahuan.
  4. Keamanan: untuk melindungi perangkat, konten, data pribadi, dan privasi dalam digital lingkungan.
  5. Pemecahan masalah: untuk mengidentifikasi kebutuhan dan menyelesaikan masalah konseptual dalam lingkungan digital.

Literasi digital ini berkontribusi pada penguatan masyarakat berbasis pengetahuan. Oleh karenanya, kader-kader IPNU harus mampu memahami dan menafsirkan makna dari sejumlah besar informasi dan berbagi data. Pelajar berliterasi merupakan cita-cita untuk mewujudkan generasi muda nahdliyin untuk memperoleh keterampilan teknologi yang gesit dan mendukung kompetensi pembelajaran konstan.

Dengan demikian, skill ini akan menavigasi karier serta investasi pengabdian mereka untuk kemashlahatan Jamiyyah NU masa depan. Hal ini merupakan tantangan serius bagi semua pemimpin di arena digital untuk memastikan bahwa setiap pelajar NU memiliki literasi, keterampilan, dan pengetahuan digital yang memadai terhubung secara digital dalam masyarakat modern.

Output dari upaya ini ialah mampu melahirkan para key opinion leaders dari organisasi IPNU untuk menjaga protokol keaswajaan yang selama 1—2 dasawarsa ini koyak-moyak oleh politik belah bambu gerakan transnasional, serta memancar-tularkan sebuah tekad untuk beragama dan berindonesia sekaligus.

Sebagaimana dawuh dari K.H. Marzuki Mustamar (Ketua Tanfidziyah PWNU Jawa Timur), IPNU merupakan gerbang awal keorganisasian dalam Nahdlatul Ulama agar generasi-generasi NU bisa dikader. Organisasi ini mengajak mereka belajar dan mengetahui bagaimana memimpin, memperjuangkan dakwah, serta membekali mereka dengan berbagai kemampuan ilmiah—termasuk keorganisasian—sehingga mereka mampu memimpin Jamiyah NU di masa depan.

M. Ishomuddin Haidar | Calon Ketua Umum PP IPNU

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *