Mulai dari Nol, Kini Mak Suprihatin Menjadi Petani yang Berhasil

Oleh: Ayu Setia Ningsih

Petani menjadi salah satu profesi yang paling dikenal di Indonesia. Berkecimpung di dalam dunia pertanian menjadi hal yang biasa jika melakukan hal-hal berat di setiap harinya. Walaupun dari keluarga petani dan tidak lulus SD, kerja keras yang dilakukan Mak Suprihatin dari Tulungagung sungguh luar biasa.

Bacaan Lainnya

Mengenal Mak Suprihatin

Sebagai perempuan dari desa, Mak Suprihatin sudah membantu orangtua di sawah dan mencari rumput untuk hewan peliharaan berupa sapi. Beliau putus sekolah sejak kelas 2 SD dan memutuskan untuk mencari nafkah. Mak Suprihatin menawarkan hasil panen padi kesana-kemari menggunakan sepeda kuno dengan mengayuh sampai berkilo-kilo meter. Dengan membawa sekarung padi seberat 40 kg di bawah terik matahari, tak mematahkan semangatnya untuk membantu keluarga.

Hampir 35 tahun mak suprihatin bekerja membantu orangtua dan beliau menikah di usia muda yaitu 15 tahun. Beliau bekerja, mengurus suami, anak dan orang tuanya. Di sisi lain, suami Mak Suprihatin bekerja sebagai pengangkut barang (cikar) menggunakan tenaga sapi. Dari hasil kerja kerasnya, beliau sekarang sudah menjual banyak karung padi dan bahkan sekarang menjadi pemborong padi dari petani-petani lain yang kemudian digiling menjadi beras dan dijual ke toko-toko.

Sekilas tentang Usaha Mak Suprihatin

Menurut Mak Suprihatin, tidak mudah merintis usahanya dan berbakti pada orang tua karena sejak kecil ditinggal oleh ayahnya. Mak Suprihatin sedikit demi sedikit menabung untuk membuka gilingan padi sendiri dan membuka lowongan pekerjaan untuk tetangga sekitar. Meski sudah bisa membuka usaha sendiri beliau bersama suami menjajakan produksinya ke toko-toko yang lingkupnya lebih luas.

Berkat semangatnya bersama suami untuk keluar dari garis kemiskinan, mereka bisa menerima pesanan dari luar kota dan menembus toko-toko Cina. Dengan kendaraan cary sederhana dan membawa anak paling bungsu, berkeliling kota mengantar dan menawarkan beras. Sekarang, mereka berjualan beras dan menjadi pekerja petani serta merawat anak-anaknya.

Ayu Setia Ningsih

UIN Malang

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *