Merindukan Dakwah Ulama yang Lembut

Gus Ion Malang

Oleh: Gus Ion

Kami rindu pada ulama kami yang dakwahnya lemah lembut seperti dakwahnya kanjeng nabiyuna Muhammad saw. Allah Swt.adalah Dzat yang Pengasih dan penyayang,  Allah SWT Maha Pengampun dan penyayang kepada semua Makhluknya, terutama kepada Ummat kanjeng Nabiyuna Muhammad saw. Oleh sebab itu untuk membuktikan kecintaan itu maka Allah SWT berfirman di Dalam Al Quran, QS. Al Imran: 31-32.

Bacaan Lainnya

قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ ۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

“Katakanlah (ya Muhammad) pada Ummatmu, “Jikalau kalian betul-betul cintai Allah, maka ikutilah aku (Rasulullah), niscaya Allah mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian.”  Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang”

Katakanlah, wahai Kanjeng Nabiyuna Muhammad, sampaikan kepada ummatmu yang merasa mencintai Allah, “Jika kalian betul-betul mencintai Allah, maka ikutilah aku, ikuti tuntunannku jadilah hamba yang berTaqwa, dengan melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala apa yang di larangNya yang disyariatkan melalui aku, juga ditambah dengan melaksanakan sunah-sunahku, niscaya Allah mencintai kalian dan kalau Allah sudah mencintai Kalian maka Allah pasti mengampuni dosa-dosa yang pernah kalian lakukan.”karena sesungguhnya Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang terhadap siapa pun yang mengikuti perintah Rasul-Nya dan meninggalkan larangannya.

Pernah di kisahkan bahwa tatkala Kanjeng Nabiyuna Muhammad berdakwah ke sebuah kota yang terkenal dengan sebutan kota Thaif. Beliau ditemani oleh anak angkatnya yang bernama Zaid bin Haritsah dengan berjalan kaki agar perjalanannya tidak diketahui oleh kafir qurais yang saat itu sedang mengawasi pergerakan yang dilakukan oleh Kanjeng Nabiyuna Muhammad SAW.

Peristiwa Thaif menjadi monumen kelembutan Kanjeng Nabiyuna Muhammad SAW dalam mewariskan dakwah yang penuh rahmat (kasih dan sayang penuh kelembutan). Dakwah Kanjeng Nabiyuna Muhammad “Amar ma’ruf nahi Munkar” yaitu mengajak kepada kejalan kebaikan/ kebenaran dan menjauhi kemungkaran, maksuddnya disini bahwa dakwah Rasulullah adalah mengajak kejalan kebaikan/kebenaran dengan cara yang baik pula tanpa dengan kemungkaran. Yang kita kenal dengan Amar Ma’ru bil Ma’ruf.

Peristiwa itu terjadi tiga tahun sebelum hijrah.  Kanjeng Nabiyuna Muhammad SAW melakukan perjalanan ke Kota Thaif untuk mengajak masyarakat  Thaif (Tsaqif),  Penguasa Thaif, guna meminta pertolongan dan perlindungan. Perjalanan ini dilakukan tidak lama setelah wafatnya Siti Khadijah Istri tercinta dan Abu Thalib paman dan sekaligus pelindung Kanjeng Nabiyuna Muhammad SAW

Untuk menghindari penganiayaan yang lebih berat dari kaumnya, Kanjeng Nabiyuna Muhammad SAW berangkat ke Thaif diam-diam dengan berjalan kaki. Di kota ini, Kaneng nabi Muhammad tinggal selama sepuluh hari. Namun, perlakuan yang diberikan masyarakat Kota Thaif (Tsaqif) sangat kasar. Saat itu, kaum Tsaqif melempari Kanjeng Nabi Muhammad  SAW dengan batu. Tindakan brutal penduduk Thaif ini membuat Zaid bin Haritsah membela dan melindunginya. Tapi, kepalanya juga terluka akibat terkena lemparan batu. Bukan hanya dilempari, namun dipukuli, ditendang dan di dorong hingga terjatuh, dengan sesah payah keluar dari kota thaif Akhirnya, kanjeng Nabiyuna Muhammad  berlindung di kebun milik ‘Utbah bin Rabi’ah.

Kanjeng Nabiyuna Muhammad SAW memanjatkan doa, setelah mendapatkan perlakuan yang kejam dari masyarakat tsaqif:

اللّهُمّ إلَيْك أَشْكُو ضَعْفَ قُوّتِي ، وَقِلّةَ حِيلَتِي ، وَهَوَانِي عَلَى النّاسِ، يَا أَرْحَمَ الرّاحِمِينَ !
 أَنْتَ رَبّ الْمُسْتَضْعَفِينَ وَأَنْتَ رَبّي ، إلَى مَنْ تَكِلُنِي ؟ إلَى بَعِيدٍ يَتَجَهّمُنِي  أَمْ إلَى عَدُوّ مَلّكْتَهُ أَمْرِي ؟

 إنْ لَمْ يَكُنْ بِك عَلَيّ غَضَبٌ فَلَا أُبَالِي ، وَلَكِنّ عَافِيَتَك هِيَ أَوْسَعُ لِي ، أَعُوذُ بِنُورِ وَجْهِك الّذِي أَشْرَقَتْ لَهُ الظّلُمَاتُ وَصَلُحَ عَلَيْهِ أَمْرُ الدّنْيَا وَالْآخِرَةِ مِنْ أَنْ تُنْزِلَ بِي غَضَبَك  أَوْ يَحِلّ عَلَيّ سُخْطُكَ، لَك الْعُتْبَى حَتّى تَرْضَى وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوّةَ إلّا بِك

“Ya Allah, kepada-Mu aku mengadukan kelemahanku, kekurangan daya upayaku di hadapan manusia. Wahai Tuhan Yang Maharahim, Engkaulah Tuhan orang-orang yang lemah dan Tuhan pelindungku. Kepada siapa hendak Engkau serahkan nasibku? Kepada orang jauhkah yang berwajah muram kepadaku atau kepada musuh yang akan menguasai diriku? Asalkan Engkau tidak murka kepadaku, aku tidak peduli sebab sungguh luas kenikmatan yang Engkau limpahkan kepadaku. Aku berlindung kepada nur wajah-Mu yang menyinari kegelapan dan karena itu yang membawa kebaikan di dunia dan akhirat dari kemurkaan-Mu dan yang akan Engkau timpakan kepadaku. Kepada Engkaulah aku adukan halku sehingga Engkau ridha kepadaku. Dan, tiada daya upaya melainkan dengan kehendak-Mu.”

Malaikat Jibril iba menyaksikan Rasulullah itu terluka fisik dan hatinya. Jibril berkata, “Allah mengetahui apa yang terjadi padamu dan orang-orang ini. Allah telah memerintahkan malaikat-malaikat di gunung-gunung untuk menaati perintahmu.”  Para malaikat penjaga gunung itu berkata, “Wahai Muhammad! Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan kaummu terhadapmu. Aku adalah malaikat penjaga gunung dan Rabb-mu telah mengutusku kepadamu untuk engkau perintahkan sesukamu, jika engkau suka, aku bisa membalikkan Gunung Akhsyabin ini ke atas mereka.”

Nabi dengan lembut berkata kepada Jibril dan malaikat penjaga gunung, “Walaupun mereka menolak ajaran Islam, aku berharap dengan kehendak Allah, keturunan mereka pada suatu saat akan menyembah Allah dan beribadah kepada-Nya.”  Nabi bahkan berdoa

Allahummahdi qoumi fa innahum la ya’lamun:

“Ya Allah, berilah petunjuk kepada kaumku, sebab mereka belum mengerti siapa aku.”

Jadi seberat apapun ujian yang menimpa dalam berdakwah mengajak kepada kebaikan kita harus tetap sabar, sehebat apapun fitnahan, hinaan, cacian dan makian, tetaplah kita harus khuz Nudzon pada Allah SWT, dan balaslah makian, cacian, hinaan dan fitnahan itu dengan mendoakan kebaikan pada mereka yang melakukannya, agar Allah memberi petunjuk pada mereka  dan mengampuni segala dosa yang pernah dilakukan mereka.

Ya Allah Ya Robb… kami membutuhkan ulama-ulama kami yang mewarisi sifat-sifat seperti Kanjeng Nabiyuna Muhammad yang mengajak dan mengajarkan cinta kasih sayang pada kami. Kami rindu ya Robb ulama kami, ulama yang betul-betul takut kepada engkau ya Allah, ulama yang mewarisi sifat Kanjeng Nabiyuna Muhammad SAW. Ulama yang Ahli Sunnah wal Jama’ah An Nahdliyyah, yang berdakwah, mengajak dan memandang  ummat Kanjeng Nabiyuna Muhammad ini dengan ajakan dan pandangan kasih sayang penuh cinta (Yandhuru ila Ummah, bi ‘ainir Rahmah) Amin.

*Pengajian Malam Jumat legi (03/02/2022) di Masjid Agung Rasulullah, Pondok Pesantren Agung Al Mubarok Malang oleh Romo KH. Budiyono Santoso (Gus ion) Seorang Mursyid Thariqah Anfusiyah Indonesia.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *