Allah berfirman:
أَفَرَأَيْتُمْ مَا تَحْرُثُونَ. أَأَنْتُمْ تَزْرَعُونَهُ أَمْ نَحْنُ الزَّارِعُونَ. الواقعة: 63، 64
“Maka terangkanlah kepadaku tentang yang kamu tanam. Kamukah yang menumbuhkannya atau Kamikah yang menumbuhkannya (QS. Al-Waqi’ah: 63-64)
Ayat ini mengajak manusia untuk berpikir pada penyebab segala sesuatu, yaitu Allah. Karena itulah, bila di suatu daerah lama tidak turun hujan misalnya sampai kekeringan, masyarakat harus minta pada Penyebab segala sesuatu yaitu Allah, dengan cara shalat istisqa.
Ayat 35 Surat Yasin ini ditutup dengan ungkapan:
أَفَلاَ يَشْكُرُونَ [يس: 35]
“Maka mengapakah mereka tidak bersyukur?”
Al-Sya’rawi menjelaskan:
جاء بعد ذكر هذه النِّعَم السابقة، والتي تستوجب شكر الله عليها، لكن لم يَأْتِ هُنا أمر بالشكر ولم يَأتِ بأسلوب خبري، إنما جاء هكذا { أَفَلاَ يَشْكُرُونَ } [يس: 35] بصيغة الاستفهام، وكأن الله تعالى يقول لنا: أجيبوا أنتم.
“Kalimat ini berada tepat setelah penyebutan nikmat-nikmat itu. Maknanya adalah kelaziman untuk bersyukur. Namun Allah tidak menyebutkan kalimat ini dalam bentuk perintah atau prosa. Namun dengan ungkapan pertanyaan ‘mengapakah mereka tidak bersyukur?’
Al-Sya’rawi menegaskan:
وقد علم سبحانه أن الجواب لا يمكن أنْ يكون إلا الإقرار بالشكر على النعمة.
“Allah Subhanahu telah mengetahui bahwa tidak mungkin ada jawaban lain kecuali hanya pengakuan dari hamba untuk bersyukur atas nikmat yang telah Dia karuniakan.”
Wallahu a’lam.
(dari berbagai sumber)