Mbah Nyai Lathifah: Ibunda Sang Penggerak

Oleh: Hikmah Imroatul Afifah

Nahdlatul Ulama berdiri 95 tahun yang lalu berkat prakarsa dari salah satu kiai kharismatik asal Tambakberas Jombang, KH. Abdul Wahab Hasbullah. Mbah Wahab –panggilan akrab beliau—merupakan putra pertama dari KH. Hasbullah Sa’id, seorang kiai dermawan asal Tambakberas, yang juga dikenal sebagai muassis pondok pesantren Bahrul Ulum, Tambakberas Jombang. Kiai Hasbullah menikah dengan putri dari Kiai Abdul Wahab Tawangsari Sidoarjo, yakni Nyai Lathifah. Pernikahan tersebut dikaruniai delapan putra-putri yang ‘alim-‘alamah, dan salah satunya adalah Mbah Wahab.

Bacaan Lainnya

Delapan putra-putri yang ‘alim dan bijaksana serta pesatnya perkembangan pondok pesantren Tambakberas tentu tidak terlepas dari peran Mbah Nyai Lathifah. Khidmah Kiai Hasbullah terhadap pondok pesantren dan masyarakat mendapat dukungan penuh dari Nyai Lathifah. Beliau merupakan representasi perempuan tangguh dan berdaya pada masanya.

Melihat perjuangan suaminya, Mbah Nyai Lathifah tidak tinggal diam. Beliau tidak ingin berpangku tangan membiarkan suaminya –KH. Hasbullah—berjuang sendirian. Mbah Nyai Lathifah ikut andil dalam ngopeni pesantren dan mendidik santri-santrinya secara langsung. Hal ini persis seperti yang dikisahkan oleh Nyai Zubaidah Nasrullah (keponakan menantu Mbah Wahab) bahwa kakak beliau–Nyai Aisyah—yang nyantri di Tambakberas pada medio 1940-an mendapat kesempatan untuk dididik dan mengaji langsung kepada Mbah Nyai Lathifah.

Tidak hanya bermandikan keringat, perjuangan bagi Mbah Nyai Lathifah juga harus dibarengi dengan tirakat atau riyadhah. Beliau memberikan teladan bagi kaum perempuan bahwa intelektualitas juga harus diimbangi dengan sisi spiritualitas. Keistikamahan beliau dalam menjalani riyadhah adalah bentuk upaya batin dalam mendampingi putra putri dan santri-santri beliau untuk mendapatkan ilmu yang manfaat dan nasib baiknya di masa depan.

Salah satu tirakat yang beliau jalankan dengan istikamah adalah puasa dan mengkhatamkan Al-Qur’an. Riyadhah tersebut menjadi washilah (lantaran) suksesnya putra putri beliau dan para santri Tambakberas. Sedemikian kuat tirakat beliau, alkisah ketika beliau tengah mengandung Mbah Wahab, beliau bermimpi meminum air laut. Menurut banyak penafsiran, mimpi tersebut adalah isyaroh (tanda) bahwa keturunan beliau bukanlah orang sembarangan. Dan benar, putra yang lahir kemudian diberi nama Abdul Wahab Hasbullah adalah seorang penggerak sekaligus salah satu pendiri organisasi keagamaan terbesar, Nahdlatul Ulama.

Buah dari tirakat Mbah Nyai Lathifah tidak hanya dirasakan oleh Mbah Wahab, namun juga putra putri beliau yang lain. Putra beliau yang kedua –Abdul Hamid—juga seorang kiai yang keilmuannya sangat disegani oleh masyarakat dan kiai-kiai lainnya. Konon, Mbah Hamid ini memiliki karamah berupa ketidakmampuan orang lain untuk memotret atau bahkan menggambarkan wajah beliau. Putra Mbah Nyai Lathifah yang lain adalah KH. Abdurrochim, yang nantinya memiliki keturunan bernama KH. Alfatih. Nantinya, KH. Alfatih inilah yang membantu KH. Tholhah Mansur dalam mendirikan salah satu badan otonom Nahdlatul Ulama, yakni Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama. Tidak hanya menjadi seorang ibu dari para kiai penggerak, Mbah Nyai Lathifah juga merupakan mertua dari KH. Bisri Syansuri. Mbah Bisri mempersunting putri ketiga Mbah Nyai Lathifah, yang juga adik dari Mbah Wahab, yakni Nyai Khadijah.

Dalam menjalankan perannya sebagai seorang ibu dari putra putri dan para santrinya, Mbah Nyai Lathifah merupakan sosok yang tegas dan lembut di lain kesempatan. Sifat Mbah Nyai Lathifah inilah yang membuat pondok pesantren Tambakberas berkembang begitu pesat di bawah pengasuhan suaminya, KH. Hasbullah. Jauh sebelum diskursus kiprah perempuan muncul di permukaan, Mbah Nyai sudah lebih dulu memberi kita keteladanan. Didukung dengan sikap Mbah Yai Hasbullah yang demokratis dan menghargai perempuan, Mbah Nyai Lathifah tampil sebagai perempuan ulama yang menunjukkan banyak kiprah pada zamannya.  

Hikmah Imroatul Afifah (Santri Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang & Alumni PKPT IPPNU Unisma)

(Ndalem Kasepuhan Mbah Nyai Lathifah)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *