2021 baru saja dimulai beberapa hari. Berderet resolusi telah disiapkan sejak 2020 mendekati ujungnya. Ada banyak pencapaian yang diinginkan, tak terkecuali oleh para perempuan. Beruntunglah mereka –para perempuan—yang memiliki lingkar relasi suportif. Sebab, banyak juga perempuan yang harus mengubur paksa impian-impiannya karena dijegal oleh stigma dan dipenggal orang-orang yang serampangan memaknai teks-teks agama.
Tidak sekali-dua kali telinga kita mendengar bahwa perempuan kodratnya adalah berdiam diri di rumah, mengendalikan segala urusan domestik, dan tentu saja seolah tidak pantas tampil di ranah publik. Persepsi semacam itu muncul karena kurangnya kemampuan masyarakat kita dalam membedakan jenis kelamin dan peran gender. Hingga akhirnya, yang timbul adalah makna kodrat yang disalahpahami.
Problem ini tentu berdampak pada kehidupan perempuan secara umum. Selain mimpi yang dijegal oleh stigma, tidak sedikit perempuan yang dianggap “tidak berharga” karena tak mahir mengerjakan urusan domestik. Di era digital native seperti ini, keadaan tersebut diperparah dengan banyaknya konten-konten yang mendiskreditkan perempuan. Mudah sekali kita temui kalimat “menantu idaman adalah perempuan yang jago masak” dan kalimat bernada serupa yang lainnya di media sosial.
Mengaca dari kalimat “menantu idaman adalah perempuan yang jago masak”, bisa diambil simpulan bahwa mayoritas masyarakat kita masih menganggap bahwa memasak adalah urusan perempuan, selamanya. Di sinilah letak bias gender yang selama ini mengakar dalam masyarakat. Ketidakmampuan dalam membedakan jenis kelamin dan gender adalah sebab dari segala bias persoalan gender.
Sebelum buru-buru menuduh pejuang kesetaraan gender sebagai liberalis, ada baiknya kita pahami perbedaan antara jenis kelamin dan gender. WHO (World Health Organization) mendefinisikan jenis kelamin (seks) sebagai perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan. Hal-hal yang terkait dengan perbedaan biologis tersebut antara lain perbedaan alat reproduksi, yang berimplikasi pada pengalaman biologis khas laki-laki dan pengalaman biologis khas perempuan. Poin penting yang harus digarisbawahi dalam memahami istilah jenis kelamin adalah peran yang tidak dapat dipertukarkan. Kehamilan yang hanya dialami oleh perempuan tentu tidak dapat ditukar dengan laki-laki. Pun sebaliknya, pengalaman mimpi basah adalah pengalaman yang hanya dialami oleh laki-laki. Pengalaman biologis khas lainnya adalah menstruasi. Jamak diketahui bahwa menstruasi hanya terjadi pada perempuan, sebab peristiwa luruhnya sel telur tidak akan mungkin terjadi pada laki-laki yang –memang—menghasilkan sel sperma.
Berbeda dengan jenis kelamin, gender adalah perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan yang dibentuk oleh konstruk sosial dan tentu saja –hal-hal yang berkaitan dengan gender—ini bisa dipertukarkan. Karena terbentuk dari konstruk sosial, maka peran-peran gender ini bukanlah sesuatu yang given (kodrat). Kegiatan-kegiatan domestik semacam menyapu, memasak, mencuci, merawat anak, dan bersih-bersih rumah bukanlah suatu kodrat perempuan. Hal-hal tersebut merupakan peran yang berkaitan dengan gender, dan tentu saja kecakapan yang penting untuk dipelajari sebagai upaya untuk bertahan hidup.
Untuk membuktikan bahwa kegiatan-kegiatan domestik bukanlah kodrat perempuan, mari kita telaah satu per satu. Memasak adalah suatu kegiatan yang melibatkan anggota badan berupa tangan. Tidak ada ‘campur tangan’ vagina atau pun rahim –yang merupakan bagian khas perempuan—dalam proses memasak. Penjelasan serupa juga berlaku untuk hal-hal domestik lainnya. Lalu apakah berarti kegiatan-kegiatan domestik adalah tugas laki-laki?
Dalam memahami persoalan-persoalan yang terkait dengan gender, kita tidak bisa berpikir secara parsial. Seperti yang sudah disebutkan di paragraf sebelum-sebelumnya, kegiatan semacam memasak; mencuci baju; mencuci piring; dan menyapu adalah suatu kecakapan yang penting untuk dipelajari dan dimiliki sebagai upaya untuk bertahan hidup. Terkait persoalan merawat anak, peran ayah dan ibu tentulah sangat penting. Keduanya harus terlibat dalam proses tumbuh-kembang seorang anak. Maka, kegiatan-kegiatan domestik bukanlah kodrat perempuan dan bukan semata tugas laki-laki. Keduanya –perempuan dan laki-laki—harus sama-sama belajar, agar tidak ada lagi kodrat yang disalahpahami, agar tercipta kesalingan dalam sebuah relasi.
Dilansir: https://zawaya.id/kodrat-perempuan-yang-disalahpahami/