BATU – Dalam rangka merawat toleransi antar umat beragama, Kemenag Kota Malang adakan FGD (focus group disucussion) bahas isu aktual tantangan kebhinekaan di Kota Malang. Acara ini dihelat Kamis (3/3/2022) di Hotel Aston Inn, Batu.
Acara ini di hadiri oleh jajaran ASN kemenag Kota Malang dan perwaiklan pemuda lintas agama, baik Islam yang diwakili oleh GP Ansor dan Pemuda Muhammdiyah, pemuda Kristen, Katholik, Budha, dan Hindu.
Kepala Kemenag, Muhtar Hazawawi, dalam sambutannya menjelaskan adanya agenda ini merupakan rencana penobatan tahun 2022 ini sebagai tahun toleransi. Ini berkat keberhasilan tahun 2021 yang menjadikan kota Malang sebagai kota toleran antar umat beragama.
Sementara itu, menurutnya, tingkat toleransi dalam internal agama masing-masing Kota Malang menjadi urutan ke 30 an. “Kita mengalami penuruan indeks toleransi dalam internal agama masing-masing, karena itu perlu kita tingkatkan dengan merawat dan memaknai apa arti toleransi itu sendiri,” terangnya.
Menurutnya dalam hal toleransi masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Terutama di lingkup media sosial.
Dirinya kemudian mencontohkan, kasus ramainya SE Kemenag No.5 tahun 2022, menurutnya adanya surat edaran tersebut merupakan ejawantah dari toleransi, namun masih banyak oknum yang memerlintir pernyataan Gus Men yang pada akhirnya ramai di Media Sosial.
“Itulah pentingnya merawat keharomonisan terutama di Media Sosial yang seringkali di potong-potong tidak utuh,” tambahnya.
Acara dilanjutkan dengan penyampaian orasi toleransi dari perwakilan pemuda enam Agama tersebut. Mereka kemudian, menyampaikan makna toleransi menurut agama dan keyakinan mereka.
“Saya sangat senang dan bangga bahwa keharmonisan sudah dirawat sejak lama. Salah satunya yang dilakukan teman-teman banser dan Ansor saat kami beribadat di hari Natal. Kami yakin keharmonisan akan selalu terpita di Kota Malang,” salah satu delegasi pemuda Katolik.
Acara ditutup dengan deklarasi menyatakan sikap pemuda penjaga dan perawat toleransi lintas Agama Kota Malang.