Keluhan Penjual Takjil Bareng Saat Realita Tidak Sesuai Ekspektasi

takjil bareng

MALANG – Jalanan depan Pasar Bareng dipenuhi dengan stand-stand makanan. Tidak hanya stand, banyak pedagang kaki lima dengan payung-payung besar berwarna-warni juga terlihat berjejer di  Area Pasar. Namun, Sebelum memasuki Ramadhan, biasanya pedagang di depan Pasar Bareng tidak seramai ini.

Penulis memutuskan untuk membeli beberapa jajanan untuk menu takjil. Ragam jajanan yang tersedia antara lain gorengan, aneka macam minuman, pentol, bubur, sempol dan lain sebagainya. Banyak lalu lalang pembeli berburu takjil di area ini untuk sekedar ngabuburit menunggu waktu berbuka.

Bacaan Lainnya

Rupanya, Pasar Takjil di Jalanan Pasar Bareng ini hadir setiap tahunnya di Bulan Ramadhan. Hal ini disampaikan oleh Bu Sriwiyati. Penjual berbagai makanan basah yang telah berdagang selama kurang lebih 30 tahun di Area Pasar Bareng. Namun, dirinya mengeluhkan sepinya pembeli tahun ini daripada tahun sebelumnya.

“Tapi beberapa hari ini kembali modal saja mbak tidak seperti tahun-tahun sebelumnya . Cuman orang lewat-lewat saja, nggak ada yang beli. Kalau dulu kan ndak mbak, paling sedikit satu orang beli tiga,” ungkap Bu Sriwiyati.

Selain itu, ia juga mengeluhkan banyaknya kelebihan sisa dari hasil jualannya. Makanan yang tidak terjual akan diletakkan di langgar atau masjid terdekat untuk dibagikan secara sukarela.

“Soalnya kan makanan seperti ini tidak bisa bertahan lama. Besok sudah basi,” tambahnya.

Berbeda dengan apa yang disampaikan Pak Sulis . Pria penjual pentol tersebut, memperkirakan bahwa tahun ini justru lebih ramai daripada tahun sebelumnya.

 “Kayaknya sih lebih rame tahun ini,” Ujar Pak Sulis. 

Pedagang yang berjualan di Area Pasar Bareng saat bulan ramadhan ini sebagian besar berasal dari Warga sekitar. Namun ada juga pedagang contohnya Pak Sulis yang saya wawancarai mengaku bukan berasal dari warga Bareng namun dari Daerah Malang Selatan. Hal ini senada dengan Bu Sriwiyati para pedagang sempol bukanlah berasal dari warga sekitar namun berasal dari pedagang yang biasanya berjualan di Pasar Besar.

Pewarta : Enda Sartika Sari

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *