Oleh: Imam Safi’i, S.Pdi, M.Pd
Dalam konteks beragama ummat manusia sudah diberikan rambu-rambu yang jelas bagaimana melakukan hubungan dengan baik terhadap Allah dan bagaimana berbuat terbaik antar sesama makhluk. Hubungan ini harus diwujudkan ditataran praksisnya agar ujian covid-19 ini segera dihilangkan dari bumi nusantara.
New normal mengisyaratkan kepada manusia agar kembali kepada fitrah manusia yaitu sebagai hamba Allah yang diciptakn harus sungguh-sungguh untuk beribadah mengabdi kepada-Nya. Dan sebagai hamba yang mempunyai akal harus terus memaksimalkan peran akal untuk selalu melakukan ikhtiar terbaik dalam menghadapi pandemi Covid -19, bukti nyata yang sudah dilakukan ialah dengan selalu hidup bersih,menjaga jarak dan berolahraga.
Melakukan sesuatu kebiasaan baru yang tidak biasa dilakukan memang akan terasa berat misalkan seseorang tidak biasa untuk cuci tangan ketika selesai melakukan kegiatan yang kontak dengan manusia lain harus cuci tangan, biasanya tidak memakai masker harus kemana-mana pakai masker, bersalaman adalah sesuatu yang dimaknai penggugur dosa dan sekarang dianjurkan untuk tidak melakukan salaman itu terasa berat ketika kesadaran pada dirinya kurang, akan tetapi kebiasaan ini akan ringan apabila dibarengi dengan pemahaman bahwa manusia harus melakukan ikhtiar dhohir secara maksimal sebelum memasrahkan semuanya kepada Tuhan.
Kehidupan new normal ini sekarang dibutuhkan satu ketahanan untuk terus istiqomah melakukan kebiasaan baru yaitu hidup bersih. Dalam ranah agama Islam tidak hanya bersih secara dhohir tapi juga bersih secara batin. Kebersihan secara dhohir sudah diajarkan oleh rousulullah melalui contoh sederhana dengan selalu menjaga wudhu, bersiwak, mandi, memotong kuku, memotong rambut dibagian tubuh dan menjaga kebersihan lingkungan. Apakah amaliah yang sudah diajarkan ini sudah dilakukan apa belum dalam menghadapi pandemi covid-19 yang melanda sekarang. Semua ini harus dilakukan dengan terus menerus.
Sedangkan kebersihan batin juga menjadi satu keniscayaan yang harus dilakukan, ketika manusia dalam hatinya banyak kerak-kerak yang menempel terlalu tebal hal ini bisa mengakibatkan pola pikir dan pola sikapnya tidak normal. Satu misal ada sifat dengki yang berlebihan dalam hatinya, manusia seperti ini selalu melihat orang lain tidak ada yang benar dan mencari-cari kesalahan orang lain. Kebijakan pemerintah dengan penerapan now normal disalahkan karena dianggap tidak memperdulikan kesehatan rakyatnya, ketika pemerintah menutup sektor-sektor perekonomian yang mengumpulkan banyak massa agar tidak menjadi klaster penyebaran virus dianggap tidak peduli dengan nasib perut masyarakatnya. Semua akan selalu salah dimata orang yang dalam hatinya ada kedengkian.
Harmonisasi antar dua sisi dhohir dan batin seharusnya berjalan secara beriringan agar nantinya akan tercipta kemaslahatan hidup didunia dan akhirat. Kuncinya manusia sekarang harus selalu meningkatkan ikhtiar terbaik serta kedisiplinan tingkat tinggi dalam menjalankan new normal dan tidak melupakan kuasa Tuhan dengan terus berdoa secara ikhlas bertawakal kepada-Nya.
Dosen Fakultas Agama Islam Unisma, Kepala Bagian Keagamaan UNISMA, Mahasiswa Program Doktor Multikultural UNISMA