Oleh: Prof. K.H. Nadirsyah Hosen
Dalam acara Webinar Kebangsaan yang diselenggarakan oleh Universitas Islam Malang (UNISMA), Sabtu (16/10/2021), Gus Nadirsyah Hosen (GNH) menjabarkan kriteria ideal sosok pemimpin NU yang diambil dari 4 huruf: PBNU.
Pertama, huruf P: Pandai membaca perubahan sosial. Menurut Gus Nadir saat ini landscape dakwah Islam juga sudah berubah. Artinya pemimpin NU harus bisa menjawab dengan kebutuhan zaman yang sekarang sudah mulai digandrungi oleh generasi milenial.
Kedua, huruf B: Bangkitkan kembali peradaban Islam. Gus Nadir mengatakan bahwa bola dunia dari lambang NU mencirikan sejak awal para pendiri NU tidak hanya menempatkan NU dalam kajian lokal saja, tetapi lebih dari itu, NU hadir untuk ruang yang lebih luas yaitu mencakup seluruh dunia.
“Akan tetapi peradaban Islam yang dibangun kembali oleh NU, itu bukan berarti menggusur peradaban barat sekarang. Bukan berarti menghancurkan peradaban yang ada, kemudian membangun kembali dari puing-puing kehancuran itu,” ujar Gus Nadir.
Peradaban Islam itu, lanjut Gus Nadir, merangkul dan bekerjasama dengan peradaban lainya. Peradaban dunia yang sekarang ada itu merupakan asimilasi dan akumulasi dari berbagai peradaban pada masa lampau yang semuanya saling memiliki kontribusi. “Dan kita tidak bisa mengklaim bahwa hanya kitalah satu-satunya yang berhak mewarisi dunia ini,” tuturnya.
Ketiga, huruf N: Nurut apa kata masyayikh. Gus Nadir mengingatkan bahwa para masyayikh NU ketika memutuskan sesuatu bukan hanya dengan memahami teks dan konteks, akan tetapi juga dengan menggunakan pendekatan spiritual.
“Ini menjadi salah satu kekuatan NU dalam rangka membaca perubahan sosial, membangkitkan kembali peradaban Islam, serta berkontribusi terhadap peradaban dunia, yaitu kita juga mengikuti apa kata masyayikh,” ucap dosen Monash Law School itu.
Keempat, huruf U: Untuk Indonesia tercinta. “Sehebat apapun program-program yang dicanangkan, semuanya harus diletakkan di dalam rumah kita bersama yaitu untuk Indonesia tercinta,” pungkas Rais Syuriyah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Australia-Selandia Baru tersebut.
Kesimpulannya, pemimpin NU itu memiliki kriteria PBNU:
-Pandai membaca perubahan sosial
-Bangkitkan kembali peradaban Islam
-Nurut apa kata Masyayikh
– Untuk Indonesia tercinta
Tabik,
Prof. K.H. Nadirsyah Hosen