Dunia Wali: Cinta Yang Sejati

Ketika manusia sudah masuk dalam maqam cinta ,dia akan merasakan indahnya bersama dengan yang dicintainya. Cinta adalah maqam keyakinan yang sangat mulia karena sang pecinta ingin selalu nyambung dengan-Nya. Menurut syeh Abu al-Hasan r.a berkata,” Mahabbah (cinta) adalah Allah menarik hati hamba-Nya dari segala sesuatu selain Dia. Karena itu, ia akan senantiasa condong untuk menaati-Nya, akal dilindungi makrifat-Nya,ruhya tertarik kehadirat-Nya, dan sirrnya sibuk menyaksikan-NYa.

Seseorang Bertanya Kepada Syeh,” Aku tahu tentang apa itu cinta. Namun, apakah minuman cinta? apa gelasnya? siapa yang meminumkannya? apa arti dzawq (pengecapan)? Apa yang disebut minuman itu? Apa itu rayy (kesegaran)? Apa makna ekstase?apa makna sadar?

Bacaan Lainnya

Begitu banyak pertanyaan yang muncul tentang cinta , jangan sampai kita tahu tentang cinta tapi tidak menyadari semua hal yang berhubungan dengan cinta itu sendiri. Bagaimana menjawab semua pertanyaan itu kalau seseorang sebagai pecinta tidak pernah merasakan nikmatnya bercinta.

Syeh Abu al-Hasan menjawab bahwa minuman cinta adalah sinar terang yang bersumber dari keindahan sang kekasih. Gelasnya ialah kelembutan yang menuangkannya ke mulut kalbu. Yang meminumkannya adalah Zat Yang Maha Mengurusi segalanya. Yang mengurusi para wali-Nya yang istimewa dan hamba-Nya yang saleh, Allah yang Maha Mengetahui segala ketentuan dan kemaslahatan bagi para kekasih-Nya. Orang yang telah menyaksikan gelas keindahan itu lalu mendapatkan satu atau dua teguk darinya,kemudian segala hijab terangkat darinya, berarti dia telah mengecap dan merindukannya.

Orang istimewa yang mengecap dan benar-benar merasakannya,terus mengecapnya sehingga urat dan persendiannya dialiri cahaya Allah,berarti telah mendapatkan rayy (kesegaran). Dalam kondisi yang seperti ini akan merasakan hilang kesadaran sehingga tidak tahu apa yang diucapkannya itulah ekstase. Sedangkan kesadaran itu ketika para wali kembali dalam zikir dan taatnya serta tidak terhijab dari sifat-sifat-Nya meskipun dia mengalami berbagai peristiwa diluar nalar kesadaran manusia.

Keindahan dan kenikmatan rasa yang datang kepada para pecinta akan hilang ketika didalam dirinya penuh dengan nafsu ,kekotoran kalbu yang itu terus menggerogoti kemurnian cinta dalam ke sirrian dirinya. Mahabbah itu akan terus ada dan tidak akan pernak beranjak, ketika dalam kalbunya tidak menduakan sang Khaliq. Mahabbah itu dimiliki hati orang yang Allah cintai lewat keindahan dan kesucian, keagungan-Nya yang sempurna tersingkap atas Kehendak-Nya.

Penulis: Imam Safi’i,S.Pdi,M.Pd (Dosen Fakultas Agama Islam UNISMA, Kepala Bagian keagamaan UNISMA, Mahasiswa S3 Pendidikan Islam Multikultural UNISMA)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *