Duet Ulama dan Umara: Haruskah NU Membatasi Garapan Bidangnya?

Oleh: Abdul Malik Karim Amrullah

Dalam salah satu sambutan konferensi cabang XIX oleh bupati Malang Drs Sanusi, beliau mengidealkan bahwa NU harus kembali ke khitah 1926 dimana NU harus fokus mengurusi bidang ke “akhiratan”, sedangkan umara’ fokus urusan ke duniawian, sehingga keseimbangan antara ulama’ dan umara’ betul betul berjalan beriringan dengan baik.

Bacaan Lainnya

Pernyataan ini sangat menarik, karena memang duet ulama’ dan umara’ harus saling memiliki peran masing-masing. Dalam hal ini sebenarnya harus diperhatikan bahwa urusan dunia bukan sekedar mengurusi bidang- bidang yang terkait dengan dengan kesejahteraan ekonomi, pendidikan, kesehatan masyarakar, sedangkan urusan akhirat bukan sekedar mengawal di bidang spiritual dan keagamaan, karena antara urusan kesejahteraan ekonomi, pendidikan dan kesehatan sangat terkait dengan spiritual dan keagamaan.
Artinya NU sebenarnya bergerak dalam ranah yang substansi yaitu spiritual, karena dengan spiritual maka urusan pendidikan, kesejahteraan dan kesehatan akan semakin kokoh. Pergerakan spiritual NU tidak terbatas dengan bidang-bidang yang duniawi, itu artinya NU bisa juga bergerak di bidang ekonomi, pendidikan dan kesehatan, terlebih NU bergerak menuju kemandirian umat harus betul-betul lebih fokus lagi mengurusi ketiga bidang tersebut.

NU pada era sekarang jangan sampai terjebak dengan perdebatan antara ilmu keagamaan dan ilmu science, karena dikotomi antara ilmu agama dan science sudah tidak berlaku lagi, karena semua ilmu akan bernilai ukhrowi jika dilaksanakan dengan niat karena Allah dan tujuannya adalah untuk mengagungkan nama Allah, sehingga ketika NU menggarap bidang ekonomi, pendidikan dan kesehatan dan diniatkan untuk mendapatkan ridho dari Allah swt, maka tiga garapan yang terkesan “duniawi” tersebut akan bernilai “ukhrowi”.
Kita juga tahu bahwa NU di era sekarang memiliki tantangan yang sangat besar, karena dinamika sosial yang terjadi sudah tidak membatasi antara bidang duniawi dan ukhrowi, semuanya harus diantisipasi agar NU terus bermartabat dan berkualitas sepanjang masa.

NU harus terus menjadi model organisasi yang menjaga tradisi yang baik, dan berinovasi setiap jamannya sesuai dengan jargon yang dijaganya yaitu “المحافظة على قديم الصالح والاءخذ بجديد الاصلح
Walhasil sebagai organisasi yang selalu menjawab tantangan jaman NU harus betul-betul memperhatiian tantangan jaman yang selalu berubah ini.

Wallahu a’lam bi al-showab

(Ketua Demisioner Lakpesdam PCNU Kab Malang/ Dosen FITK UIN Maulana Malik Ibrahim Malang)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *