Doa dalam Turbulensi NU

Oleh: Dr. H . Ahmad Fahrur Rozi.

Hari selasa kemarin malam (8/12/2021) dalam perjalanan pulang dari Konbes NU di Jakarta menuju Juanda Surabaya , pesawat yang saya tumpangi mendadak bergetar hebat , bahkan seakan terhempas tersedot turun jatuh kebawah beberapa kali dalam cuaca yang sangat buruk. Awan gelap menyelimuti pesawat, pilot mengumumkan bahwa pesawat kesulitan mendarat dan harus terbang naik berputar lagi dalam 30 sampai 40 menit kedepan.

Bacaan Lainnya

Penumpang pun mulai panik, terdengar tangisan jeritan sebagian penumpang , pekik takbir, shalawat, ayat kursi dan doa menggema. Penumpang sebelah saya tanpa sadar memeluk erat saya, suasana benar benar mencekam. Sang pilot rupanya berusaha memutar haluan dan berkali kali mencoba menembus awan sehingga kemudian setelah terjadi guncangan cukup keras pesawat menderu deru menerjang awan pekat dalam beberapa saat . Alhamdulillah pesawat berhasil mendarat dengan selamat dan semua penumpang bersorak bertepuk tangan kegirangan .

Dalam kepanikan itu saya berusaha memejamkan mata, beristighfar dan terus mengucap dua kalimah syahadat berulang ulang sepenuh hati memasrahkan hidup mati kepada Gusti Allah SWT. Doa dan tawassul tak terhenti dalam hati bermohon Khusnul khatimah jika memang sudah ditakdirkan. Namun saya juga tetap berusaha berfikir positip , meyakinkan diri bahwa sebetulnya pesawat berada dalam keadaan aman sekalipun saat itu merasa sangat cemas terutama saat turbulensi. Saya mencoba tetap percaya kepada kru pesawat terutama pilot bahwa mereka telah terlatih dan bisa membawa pesawat kami selamat hingga sampai mendarat di bandara tujuan dalam keadaan aman.

Sepanjang jalan kemudian saya merenung dan tak berhenti bersyukur atas peringatan Allah dan keselamatan perjalanan itu. Saya teringat kalam hikmah Imam Ibnu Athoillah dalam kitab Alhikam ; “ Barang siapa tidak mau suka rela menghadap kepada Nya dengan berbagai anugerah kebaikanNya , akan dipaksa ditarik agar mengingat Nya dengan rantai cobaan.”
Selanjutnya saya menjadi semakin yakin bahwa turbulensi kegaduhan pra muktamar “Pesawat NU” kemarin adalah cara Gusti Allah memberi peringatan kepada kita agar banyak berdoa dan berdzikir munajat kepada Nya . Mensyukuri anugerah nikmatnya tiada tara yang selama ini telah diberikan agar bersatu kembali di jalan khittah pendiri Nahdlatul Ulama , berkhidmat menghidupkan NU dan bukan mencari penghidupan di NU .

Saya meyakini pesawat NU dalam posisi terbaik . Saya telah mengalami turbulensi dalam tiga muktamar NU sebelumnya dan faktanya semua berakhir dengan aman . Kecemasan pra muktamar seringkali jauh lebih besar daripada apa yang sebetulnya yang akan terjadi terutama saat turbulensi pra muktamar.

Setiap momen muktamar telah memberi saya kesempatan untuk merasa lebih nyaman di muktamar berikutnya. Tugas kita adalah mencoba menemukan hal-hal menyenangkan atau membuat semua merasa nyaman di setiap muktamar. Membaca fakta muktamar sebelumnya melatih kembali otak kita agar tidak terlalu sensitif terhadap faktor-faktor yang memicu kecemasan antisipatif ketika akan muktamar .

Insyaallah turbulensi akan berakhir. Mari yakinkan diri bahwa muktamar akan berjalan aman. Sebab banyak orang mulai memikirkan hal-hal buruk saat tubulensi mungkin terjadi. Untuk mengelola kecemasan yang mungkin muncul ketika turbulensi, mari kita pelajari aturan organisasi yang berlaku dan bagaimana AD / ART telah dirancang untuk menangani jika terjadi turbulensi muktamar.

Muktamar Ke-34 Nahdlatul Ulama (NU) di Lampung akan menjadi momentum untuk mendorong kebangkitan organisasi Islam terbesar dunia ini. Kebangkitan pertama terjadi ketika NU dilahirkan KH Hasyim Asy’ari pada 1926. Dan Kebangkitan kedua akan terjadi ketika NU berusia 100 tahun pada 2026 yang kondisinya berbarengan dengan kebangkitan Asia.

Kebangkitan NU akan dapat berjalan dengan baik dan segera tinggal landas dengan cara memperkuat komitmen jam’iyyah yang mengacu pada komitmen awal pendirian NU untuk menjaga akidah , melestarikan dan memperkuat sistem ahlussunnah waljamaah (aswaja) dalam membangun peradaban bangsa dan umat manusia. Kedepan NU harus fokus menguatkan perjuangan dalam tiga bidang utama yakni pendidikan, ekonomi dan kesehatan.

Wallahu a’lam .

Lumajang , 9 Desember 2021.Penulis adalah Pengasuh PP Annur 1 Bululawang Malang , Wakil Ketua PWNU Katim , Wakil Ketua RMI PBNU 2004 – 2015. Ketua Himasal Jatim 2015-2019.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *