MALANG – Pengurus Cabang Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI) Nahdlatul Ulama Kabupaten Malang, gelar Semiloka Kesiapsiagaan Bencana (HKB), Minggu (17/4/2022) sore.
Kegiatan ini dihadiri oleh Wakil Bupati Malang, Dinas Ciptaker, BPBD Kab. Malang
Korbid PC NU Kab. Malang (Ibu Wabup) Penasehat PC LPBI NU Kab. Malang
PC NU Kab. Malang beserta Banom (Muslimat, Ansor, Fatayat, IPNU, IPPNU)
Bagana (Banser Tanggap Bencana) Camat Ampelgading, MWCNU Ampelgading, MWCNU Tirtoyudo, MWCNU Dampit, Kepala Desa Simojayan, NU Backpacker Malang Raya, Mapala Unira, dan IAI AL-Qolam.
Semiloka HKB 2022 di pusatkan langsung di Balai Desa Simojayan, Kecamatan Ampelgading, Kabupaten Malang. Kegiatan semiloka ini bertajuk “Peran NU Dalam APG Semeru dan Gempa Malang”.
Terangnya kepala Desa Simojayan, mengucapkan terimakasih atas penunjukan desa simojayan sebagai tempat kegiatan semi loka, serta memohon maaf apabila ada fasilitas yang kurang memadai.
Hal yang sama dalam sambutannya, Kepala PC LPBI NU, Abdul Basyid mengajak seluruh banom NU untuk bersinergi dengan LPBI NU hubungannya dengan penanggulangan bencana tentunya sesuai dengan tupoksi masing-masing.
“LPBI NU juga berkomitmen bersinergi dengan pemerintah Kab. Malang dan BPBD Kab. Malang”, tegasnya
Sementara itu, Wakil Ketua PW LPBI NU Jatim sekaligus Pemateri dalam Semiloka HKB 2022, Rurid Rudianto, S.T menjelaskan, peran NU dalam penanganan bencana bukan hanya respon bencana, tetapi juga turut mengedukasi masyarakat sebagai upaya mitigasi.
“Setiap banom memiliki tugas fungsinya masing-masing. Yang paling penting yang perlu untuk dikuasi NU adalah mengenali potensi bencana wilayah masing-masing. Peran NU dalam kebencanaan tidak perlu dipamerkan, cukup manfaat nya yang bisa dirasakan masyarakat”. Pungkasnya
Hal sama juga dituturkan Wakil Sekretaris PC LPBI NU Kabupaten Malang, M. Rihal Irsyada. Kata Irsyada, pentingnya media dan infografis dalam kebencanaan, selain menyediakan informasi terkait info kebencanaan juga sebagai media untuk mengedukasi masyarakat utamanya tentang kebencanaan. Media ini juga sebagai media untuk mengumpulkan donasi dan relawan.
“NU sebagai warga masyarakat yang menjadi mayoritas, kenyataannya memiliki kekurangan utamanya dalam media karena kurangnya publikasi. Maka dari itu perlu pengelolaan informasi yang massif oleh NU”, tutupnya.